Definisi
Teori
Kebutuhan Maslow, termasuk konsep aktualisasi diri
yang ia definisikan sebagai keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau
“keinginan untuk menjadi apapun yang seseorang mampu untuk mencapainya.”. Aktualisasi diri
ditandai dengan penerimaan diri dan orang lain, spontanitas, keterbukaan,
hubungan dengan orang lain yang relatif dekat dan demokratis, kreativitas,
humoris, dan mandiri pada dasarnya, memiliki kesehatan mental yang bagus atau
sehat secara psikologis. Maslow menempatkan perjuangan untuk aktualisasi diri pada
puncak hierarki kebutuhannya, hal ini berarti bahwa pencapaian dari kebutuhan
paling penting ini bergantung pada pemenuhan seluruh kebutuhan lainnya.
Kesukaran untuk memenuhi kebutuhan ini di akui oleh Maslow,
yang memperkirakan bahwa lebih sedikit dari 1 persen orang dewasa yang mencapai
aktualisasi diri.
Implikasi Teori Maslow dalam
Pendidikannya untuk belajar
Pentingnya teori kebutuhan maslow dalam pendidikan terletak dalam
hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Jelas bahwa
siswa yang sangat lapar atau yang dicekam bahaya akan memiliki energi
psikologis yang kecil yang dapat dikerahkan. Dengan kata lain ia hampir tidak
memiliki motivasi
belajar. Sekolah dan lembaga pemerintahan menyadari bahwa apabila kebutuhan dasar
siswa
tidak dipenuhi, belajar akan terganggu. Dalam kondisi seperti ini, sekolah
atau pemerintah dapat mengatasinya dengan menyediakan program makan pagi dan
makan siang gratis.
Di sekolah, kebutuhan dasar paling penting adalah kebutuhan
akan kasih sayang dan harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan
bahwa mereka dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi belajar
yang kuat untuk mencapai perkembangan ke tingkatnya yang lebih tinggi. Sebagai
misal, pencarian pengetahuan dan pemahaman atas upaya mereka sendiri atau
kreativitas dan keterbukaan untuk ide-ide baru yang merupakan karakteristik
orang-orang yang mencapai aktualisasi diri. Siswa yang tidak yakin bahwa mereka
dapat dicintai atau tidak yakin dengan kemampuannya sendiri akan cenderung
untuk membuat pilihan yang aman
Guru
yang berhasil membuat siswa merasa senang dan membuat mereka merasa diterima
dan dihormati sebagai individu, lebih besar peluangnya untuk membantu mereka
menjadi bersemangat untuk belajar demi pembelajaran dan kesediaan berkorban
untuk menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Apabila siswa dikehendaki
menjadi pelajar yang mandiri, mereka harus yakin bahwa guru akan
merespon secara adil dan konsisten kepada mereka dan bahwa mereka tidak akan
ditertawakan atau dihukum karena murni berbuat kekeliruan.
Motivasi
Belajar dan Teori Perilaku
Konsep motivasi
belajar berkaitan erat dengan prinsip bahwa perilaku yang
memperoleh penguatan
(reinforcement)
di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan
perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena
hukuman
(punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar,
penganut teori
perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa
telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka
mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 dan Wielkeiwicks,
1995).
Mengapa sejumlah siswa tetap bertahan dalam menghadapi kegagalan sedang
yang lain menyerah? Mengapa ada sejumlah siswa yang bekerja untuk
menyenangkan guru,
yang lain berupaya mendapatkan nilai yang baik, dan sementara itu ada yang
tidak berminat terhadap bahan pelajaran yang seharusnya mereka pelajari?
Mengapa ada sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih baik dari
yang diperkirakan berdasarkan kemampuan mereka dan sementara itu ada sejumlah siswa
mencapai hasil
belajar jauh lebih jelek jika dilihat potensi kemampuan mereka?
Mengkaji penguatan
yang telah diterima dan kapan penguatan itu diperoleh dapat
memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, namun pada umumnya akan lebih mudah
meninjaunya dari sudut motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Penghargaan
(Reward) dan Penguatan (Reinforcement)
Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang
tidak memadai untuk motivasi karena motivasi belajar manusia itu sangat
kompleks dan tidak bebas dari konteks (situasi yang berhubungan). Terhadap
binatang yang sangat lapar kita dapat meramalkan bahwa makanan akan merupakan
penguat yang sangat efektif. Terhadap manusia, meskipun ia lapar, kita tidak
dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat dan apa yang bukan penguat,
karena nilai penguatan
dari penguat yang paling potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor
pribadi dan situsional.
Motivasi
Belajar dan Teori Kepribadian
Kata motivasi digunakan untuk mendeskripsikan suatu dorongan, kebutuhan
atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Orang dapat termotivasi makan apabila
sedang lapar, pergi ke mall hari ini, mendapatkan nilai IPS yang lebih baik
semester ini, atau memperbaiki kondisi lingkungan hidup di sekitar rumah
tinggal mereka. Dengan kata lain, kata motivasi dapat dikenakan pada perilaku
dalam suatu ragam atau rentang situasi yang sangat luas.
Seseorang menggunakan konsep motivasi untuk memerikan suatu kecendrungan
umum yang mendorong ke arah jenis tujuan tertentu. Dalam pengertian ini,
motivasi sering di pandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif
stabil. Sejumlah orang termotivasi untuk berprestasi, sebagian yang lain
termotivasi untuk bergaul dengan orang lain dan mereka menyatakan motivasi ini
dalam berbagai cara yang berbeda. Motivasi sebagai suatu karakteristik yang
stabil merupakan konsep yang agak berbeda dari motivasi untuk melakukan sesuatu
yang spesifik dalam situasi tertentu. Sebagai misal, seseorang dapat dimotivasi
untuk makan apabila telah cukup lapar (motivasi situsional), namun sejumlah
orang umumnya lebih tertarik pada makanan daripada yang lain (motivasi sebagai
suatu karakteristik pribadi atau motivasi kepribadian). Hal ini tidak
bermaksud untuk mengatakan bahwa motivasi situsional dan motivasi kepribadian
tidak berhubungan. Motivasi sebagai suatu karakteristik pribadi (motivasi kepribadian)
sebagian besar merupakan hasil dari sejarah seseorang (motivasi situsional).
Sebagai contoh, anak-anak yang dipuji oleh orang tua dan guru
mereka karena menunjukkan minat terhadap lingkungan di sekitar mereka, berhasil di
sekolah, membaca cukup baik dan menikmati membaca, dan menemukan isi buku yang
menarik dan berguna, mereka akan mengembangkan suatu cinta belajar sebagai
suatu ciri kepribadian umum dan akan membaca serta belajar meskipun tidak ada
seorangpun mendorong mereka untuk melakukan hal itu.
Bagaimanapun juga, ciri kepribadian ini merupakan hasil sejarah panjang
dari motivasi
situsional untuk belajar, McCombs, 1991. Hal ini
mengandung arti bahwa apabila, karena terjadi suatu sejarah yang sangat
berbeda dari sejarah yang baru saja dicontohkan di atas, misalnya ada
seorang anak yang gagal untuk mengembangkan perasaan cinta untuk belajar
sebagai suatu karakteristik pribadi, maka cinta belajar itu masih dapat
ditanamkan pada diri anak itu dan kemudian menjadi kepribadian anak itu.
Sebagai misal, banyak anak-anak yang berasal dari keluarga di mana belajar
tidak dihargai tinggi dan di mana orang-orang dewasa sedikit membaca, tidak
mengembangkan rasa cinta belajar sebesar rasa cinta belajar anak-anak yang
berasal dari keluarga yang lebih berorientasi pada prestasi dan membaca.
Meskipun demikian pengalaman sekolah positip dan dorongan guru untuk
belajar, rasa ingin tahu, dan membaca, pada waktunya dapat mengatasi kekurangan
dorongan atau model di rumah dan mengembangkan rasa cinta belajar hampir
seperti setiap anak yang lain. Oleh karena itu apabila kita berbicara tentang
motivasi sebagai suatu karakteristik pribadi, penting untuk berbagai macam
tatanan (aturan) dan sulit diubah dalam waktu singkat.
6 Konsep
Penting Motivasi Belajar
Pertama
Motivasi belajar
adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku
dari waktu ke waktu. Individu termotivasi
karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai
misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes
ilmu sosial dengantujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik)
dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata
pelajaran tersebut (motivasi intrinsik).
Kedua
Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu
konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukuran kebutuhan manusia,
suatu hasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan
atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan.
Ketiga
Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan
atribusi.
Keempat
Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa,
memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran,
menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back)
dengan sering dan segera.
Kelima
Motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswa apabila guru memberikan
ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya.
Keenam
Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan umum untuk
mengupayakankeberhasilan dan memilih kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada
keberhasilan/kegagalan. Siswa dapat termotivasi dengan orientasi ke
arah tujuan-tujuan penampilan. Mereka mengambil mata pelajaran-mata pelajaran
yang menantang. Siswa yang berjuang demi tujuan-tujuan penampilan
berusaha untuk mendapatkan penilaian positip terhadap kompetensi mereka. Mereka
berusaha untuk mendapat nilai baik dengan cara menghindar dari mata pelajaran
yang sulit. Guru
dapat membantu siswa dengan mengkomunikasikan bahwa keberhasilan itu
mungkin dicapai. Guru dapat menunggu siswa menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan sejauh mungkin menghindari pembedaan prestasi di
antara para siswa
yang tidak perlu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar